Jakarta, inewsindonesia.com - Di tengah gejolak ekonomi global sepanjang 2025, perekonomian Indonesia dinilai tetap berada pada jalur yang solid dan terkelola dengan baik.
Sejumlah indikator utama menunjukkan tren yang menggembirakan. Keyakinan konsumen meningkat dari 121,4 pada Oktober menjadi 124 pada November 2025. Indeks Penjualan Riil diperkirakan tumbuh 5,9% secara tahunan (year on year/yoy) pada November, mencerminkan daya beli masyarakat yang tetap terjaga.
Dari sisi produksi, aktivitas manufaktur menunjukkan ekspansi kuat dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) mencapai 53,3, tertinggi sejak Februari. Sementara itu, inflasi tetap terkendali di level 2,72% (yoy) dan pertumbuhan kredit tercatat sebesar 7,36% (yoy).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa dinamika positif tersebut juga tercermin dari kinerja pasar keuangan dan aktivitas korporasi.
“Nah belanja masyarakat tadi sudah tinggi dan IHSG juga hijau, perusahaan IPO kita tahun ini 24 dan dananya yang dikumpulkan Rp15,2 triliun dan per Desember ada 13 perusahaan yang siap di pipeline,” ungkap Airlangga.
Airlangga juga menyampaikan bahwa untuk 2026, risiko positif (upside risk) diperkirakan lebih dominan dibandingkan risiko negatif.
“Harapannya kalau Januari positif, Januari efek akan membawa kita untuk ekonomi yang lebih baik di tahun 2026,” ujarnya.
Di sisi lain, prospek pasar modal juga dinilai semakin cerah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga November 2025 terdapat 189 aksi penghimpunan dana di pasar modal, baik melalui IPO, emisi obligasi, maupun rights issue, dengan total dana mencapai Rp238,68 triliun.
Capaian tersebut telah melampaui target OJK sebesar Rp220 triliun untuk 2025 dan menjadi sinyal positif bagi aktivitas pasar modal ke depan.
Optimisme serupa disampaikan Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna. Ia menilai keseimbangan antara sisi penawaran dan permintaan di pasar modal menjadi faktor penting dalam memperkuat kepercayaan investor.
“Artinya apa? Kami optimistis dengan pertumbuhan perekonomian. Ditambah untuk perkembangan pasar modal, dari sisi investor meningkat hampir 30%,” kata Nyoman.
Ia menilai perkembangan pasar modal ini dapat memperkuat kepercayaan investor di pasar modal.
“Berarti antara supply side dan demand side itu harmonis bergerak. Dan itu yang kami harapkan nanti memperkuat kepercayaan di pasar modal,” tambahnya.
BEI sendiri menargetkan 555 efek baru pada 2026, meningkat signifikan dibanding target 2025 sebanyak 340 efek yang realisasinya telah melampaui 140% hingga November.
Dengan fundamental ekonomi yang kuat, stabilitas yang terjaga, serta dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang terarah, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 dinilai semakin menguat. Rill/Red
.jpeg)
0Komentar